Langsung ke konten utama

Kerajaan-Kerajaan di India (Princely State of India)


Kerajaan-kerajaan di India pada masa penjajahan Inggris disebut Negara Kepangeranan, atau disebut pula Negara-Negara Kepangeranan India (Indian Princely State/Indian State). Negara Kepangeran yang dimaksud adalah monarki-monarki dependen di bawah penguasa lokal atau regional dalam subsidiary alliance (aliansi antara sebuah negara kecil dengan negara besar yang mendominasi) dengan British India (Imperium India). Entitas monarki-monarki ini ada pada masa penjajahan Inggris atas anak benua India (1858-1947/1948). Negara kepangeranan di India yang tidak diperintah langsung oleh pemerintah British India, tetapi oleh penguasa monarki lokal yang tunduk kepada Inggris. Hubungan ini terbentuk setelah Inggris membuat perjanjian dengan penguasa monarki lokal.

Singkatnya, dalam sejarah India dan Pakistan (serta Bangladesh) pada masa penjajahan Inggris, terdapat banyak kerajaan-kerajaan kecil yang tunduk dalam sebuah perjanjian yang dibuat antara Inggris dan kerajaan-kerajaan tersebut.

Pada masa penajajahan Inggris, daerah-daerah di luar British India seperti Oman, Zanzibar, dan Trucial States (keamiran-keamiran di pesisir Teluk Persia) juga berada di bawah pemerintahan British India, dan diberikan status yang sama seperti negara-negara kepangeranan India sebagai bagian dari Residensi Teluk Persia; namun, mereka resmi dikategorikan sebagai protektorat Inggris, dengan derajat otonomi berbeda. 


Peta persebaran negara-negara kepangeranan di anak benua India (warna kuning tua) pada tahun 1947.

Secara resmi ada 565 negara kepangeranan di anak benua India, pada saat kemerdekaan pada bulan Agustus 1947. Yang paling menonjol di antara mereka - sekitar seperempat dari total - memiliki status negara-negara dependen terhormat (salute states), dan para penguasa entitas-entitass tersebut dihormati dengan pemberian tembakan senjata dalam jumlah tertentu sesuai kedudukan mereka pada acara-acara seremonial, mulai dari 9 sampai 21 tembakan. Negara-negara kepangernan sangat bervariasi dalam status, luas wilayah, dan kekayaan; Kenizaman Hyderabad serta Kerajaan Jammu dan Kashmir masing-masing memiliki lebih dari 200.000 km2 dalam hal luas wilayah, atau sedikit lebih besar dari seluruh Kerajaan Inggris Raya. 

Pada tahun 1941, Hyderabad memiliki populasi lebih dari 16 juta jiwa, dibandingkan dengan populasi Rumania pada saat itu, sementara Jammu dan Kashmir memiliki populasi kurang lebih 4 juta jiwa, sebanding dengan Swiss. Perbandingan lainnya, Kerajaan Lawa hanya meliputi area seluas 49 km2, atau lebih kecil dari Pulau Bermuda, dengan penduduk hanya di bawah 3.000 jiwa. Lebih dari 200 negara-negara kepangeranan yang lebih kecil memiliki luas kurang dari 25 km2 (10 mi2). Pada awal kemerdekaan India (dan Pakistan), Hyderabad memiliki pendapatan tahunan lebih dari Rs. 9 crore (sekitar £ 6,75 juta / $ 27.200.000 menurut nulai pada tahun 1947, atau sekitar £ 240 juta / $ 290.000.000 menurut nilai pada tahun 2014). Hyderabad juga memiliki tentara sendiri, maskapai, sistem telekomunikasi, kereta api, sistem pos, mata uang, layanan radio, dan sebuah universitas publik utama, membuat Kenizaman Hyderabad menjadi negara kepangeranan terkaya di seluruh anak benua India pada masanya. Negara kecil seperti Lawa memiliki pendapatan tahunan hanya Rs. 28.000 (£ 2100 / $ 8463 menurut nilai pada tahun 1947, £ 73.360 / $ 89.040 menurut nilai pada tahun 2014).

Penyebutan "Negara Kepangeranan"


Suasana upacara Delhi Durbar pada tahun 1903.

Suasana upacara Delhi Durbar pada tahun 1911 yang dihadiri oleh Raja George V dan Ratu Mary (simak video lengkapnya disini).

Para penguasa negara-negara dependen lokal di India memiliki berbagai gelar - termasuk Chhatrapati (eksklusif digunakan oleh 3 Dinasti Bhonsle dari Maratha) atau Badshah ("kaisar"), Maharaja-Maharao atau Raja-Rao ("raja"), Raje, Nizam, Wadiyar (oleh raja-raja Mysore), Agniraj Maharaj untuk penguasa Bhaddaiyan Raj, Nawab ("gubernur"), Nayak, Khan, Wali, Inamdar, Saranjamdar, dan banyak lainnya. Apapun makna literal dan kedudukan tradisional gelar sebenarnya dari para penguasa monarki negara-negara dependen lokal tersebut, pemerintah Inggris menganggap mereka semua sebagai "pangeran," untuk menghindari kesamaan gelar "raja" yang digunakan oleh penguasa monarki Inggris (Inggris tidak ingin negara-negara jajahannya berstatus setara dengannya). Atas dasar itulah, monarki-monarki lokal di seluruh anak benua India dikategorikan sebagai negara "kepangeranan" (principality/princedom), bukan "kerajaan" (kingdom).

Sejarah

Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, Inggris semakin membatasi kedaulatan penguasa-penguasa monarki lokal India (bekas-bekas bawahan Kesultanan Mughal yang ditaklukkan Inggris); East India Company dapat menentukan batas, mengambil sumber daya alam, memperoleh bantuan militer, meminta subsidi atau upeti, dan membeli barang dengan harga yang menguntungkan. Dengan menerapkan sistem kekuasaan tidak langsung ini, Inggris dapat mengalihkan dana dan personil untuk memperoleh jajahan di Malaya dan Afrika.

Raja Ranjit Singh dari Kerajaan Barwani (1888-1930) saat berada di Merville, Perancis, pada masa Perang Dunia I.

Raja Ganga Singh dari Kerajaan Bikaner (tengah; berkuda) menyambut kunjungan Gubernur Jenderal Lord Linlithgow bersma pasukan kavaleri Kerajaan Bikaner tahun 1937.

Raja Prithvi Bir Bikram Shah dari Kerajaan Nepal bersama dua istrinya (sekitar tahun 1880-an). Kerajaan Nepal tidak pernah menjadi bagian dari British India walaupun pernah menjadi wilayah jajahan Kerajaan Inggris Raya dan berubah menjadi negara republik pada tahun 2008.

Negara kepangeranan pada awalnya merupakan bawahan-bawahan atau entitas-entitas politik lokal yang tunduk dalam kekuasaan Kesultanan Mughal. Munculnya Sikhisme mengakibatkan penciptaan Kekaisaran Sikh di wilayah utara India pada awal abad ke-18, saat Kesultanan Mughal berada dalam kemunduran penuh. Pada saat yang sama, orang-orang Maratha membentuk dan memproklamirkan Kekaisaran Maratha. Melalui abad ke-18, para mantan gubernur Mughal membentuk negara dependen mereka sendiri. Di utara-barat, beberapa dari mereka - seperti Kerajaan Tonk - bersekutu dengan berbagai kelompok, termasuk Kekaisaran Maratha dan Kekaisaran Durrani. Pada 1768, Prithvi Narayan Shah, penguasa sebuah kerajaan kecil di Gorkha, juga mendirikan Kerajaan Nepal yang terdiri dari federasi negara-negara kecil di lereng selatan Pegunungan Himalaya, memperluas pengaruhnya atas banyak wilayah utara-timur India; di selatan, Hyderabad dan Arcot sepenuhnya menjadi entitas dependen pada taun 1760-an, meskipun mereka tetap mengakui kekuasaan Kesultanan Mughal atas wilayah mereka.

Hubungan antara Inggris dengan Negara-Negara Kepangeranan

Anak benua India dibawah penjajahan Kerajaan Inggris Raya terdiri dari dua jenis wilayah, yaitu wilayah British India asli dan wilayah Negara-Negara yang Diperintah oleh Para Pangeran. Dalam interpretasi UU-nya pada tahun 1889, Parlemen Inggris mengadopsi definisi berikut:

  • (4.) The expression "British India" shall mean all territories and places within Her Majesty's dominions which are for the time being governed by Her Majesty through the Governor-General of India or through any governor or other officer subordinate to the Governor-General of India.
  • (5.) The expression "India" shall mean British India together with any territories of any native prince or chief under the suzerainty of Her Majesty exercised through the Governor-General of India, or through any governor or other officer subordinate to the Governor-General of India.


Raja Sayajirao Gaekwad III dari Kerajaan Baroda - merupakan raja terbesar Kerajaan Baroda sekaligus terkenal sebagai penguasa negara kepangeranan yang sangat menentang penjajahan Inggris di anak benua India - bersama Gubernur Bombay dan para pejabat-pejabat kerajaan (sekitar tahun 1880-an).

Secara umum istilah "British India" telah digunakan (dan masih digunakan) juga merujuk pada daerah di bawah kekuasaan East India Company di India dari 1774 hingga 1858. Istilah ini juga digunakan untuk merujuk pada "Penguasaan Inggris di India".

Kedaulatan Kerajaan Inggris Raya atas 175 negara kepangeranan, umumnya yang terbesar dan yang paling penting, dilakukan atas nama British Crown (Mahkota Inggris/Monarki Inggris) oleh pemerintah pusat dari British India, yang diwujudkan dengan kedudukan seorang wakil British Crown yang disebut Viceroy (Gubernur Jenderal); sisanya di sekitar 400 negara kepangeranan ditempatkan para Agen yang bertangung jawab kepada pemerintah provinsi British India di bawah kekuasaan Gubernur, Gubernur Letnan, atau Komisaris Tinggi (High Commisioner).

Status dan Kedudukan Utama


Para personil angkatan bersenjata negara-negara kepangeranan dan angkatan bersenjata Kerajaan Inggris Raya.

Status dan kedudukan dari sebuah negara kepangeranan tidak dapat mengacu dari gelar para penguasanya, yang biasanya diberikan (atau setidaknya diakui) sebagai pengakuan untuk loyalitas dan jasa yang diberikan mereka kepada penguasa Kesultanan Mughal sebelum tahun 1857. 

Banyak "pangeran" India bergabung di Angkatan Darat Inggris, Angkatan Darat India, dan angkatan militer atau kepolisian setempat, serta seringkal mendapatkan peringkat tinggi. Banyak dari mereka ditunjuk sebagai Aide de camp, dan banyak terlibat pelayanan aktf dalam angkatan bersenjata Kerajaan Inggris Raya maupun British India selama dua Perang Dunia. Terlepas dari anggota-anggota keluarga "pangeran" yang masuk dinas militer dan sukses, jumlah "pangeran" yang menerima pangkat kehormatan sebagai pejabat di Angkatan Bersenjata Inggris dan British India cukup signifikan. Peringkat yang diberikan kepada mereka berdasarkan pada beberapa faktor, termasuk warisan kekayaan mereka, keturunan, jumlah tembakan kehormatan atau gun salute (minimal satu tembakan), serta karakter pribadi atau kemampuan bela diri.


Raja Rajinder Singh dari Kerajaan Patiala (1872-1900).

Raja Jagatjit Singh bersama para pejabat Kerajaan Kapurthala dan British India pada tahun 1903.

Setelah Perang Dunia I dan Perang Dunia II, para penguasa monarki dari beberapa negara kepangeranan yang besar dan berpengaruh, termasuk Gwalior, Patiala, Bikaner, Jaipur, Jodhpur, Jammu dan Kashmir, serta Hyderabad, diberi pangkat jenderal kehormatan (titular) sebagai hasil dari kontribusi negara mereka selama masa perang.

Sistem status kedudukan sebuah negara kepangeranan berdasarkan jumlah tembakan senjata/meriam (gun salute) digunakan oleh pemerintah pusat Kerajaan Inggris Raya untuk mengatur secara tegas kedudukan para penguasa monarki lokal yang tunduk dan berada dibawah kekuasaan Kerajaan Inggris Raya. Sebagai kepala negara, para "pangeran" tertentu berhak untuk diberi hormat dengan penembakan senjata secara ganjil antara 3 dan 21 tembakan. Semakin banyak jumlah tembakan menandakan semakin tinggi status negara kepangeranan tersebut di mata Kerajaan Inggris Raya. Sebagai penguasa anak benua India - dan penerus Kesultanan Mughal - raja/ratu Inggris juga menyandang gelar kaisar/maharani India yang merupakan gelar tertinggi dari seluruh gelar monarki di anak benua India, dan berhak mendapatkan 101 tembakan senjata kehormatan.
.
Nizam Osman Ali Khan, Asaf Jah VII dari Kenizaman Hyderabad (1886-1967) mendapat kedudukan gelar tembakan kehormatan tertinggi sebanyak 21 tembakan serta merupakan penguasa negara kepangeranan terkaya di seluruh British India dan orang terkaya di dunia pada tahun 1937.

Setelah kemerdekaan India (dan Pakistan), raja Mewar (Udaipur) menggeser posisi nizam Hyderabad sebagai penguasa monarki paling senior di India, karena pada awal kemerdekaan India (dan Pakistan), Kenizaman Hyderabad menyatakan diri untuk merdeka secara mandiri terpisah dari India maupun Pakistan (Hyderabad baru bergabung ke dalam wilayah India setelah dianeksasi oleh India pada tahun 1948). Ketika negara-negara kepangeranan telah menyatakan diri untuk bergabung dengan India, oleh pemerintah republik mereka mendapatkan semacam gaji (dikenal sebagai Privy Purse) sebagai kompensasi atas kesediaan mereka menggabungkan wilayah kerajaan mereka dalam Negara India. Selanjutnya, ketika pemerintah India menghapuskan Privy Purse pada tahun 1971, kedudukan para penguasa monarki lokal tetap berlaku secara herediter (gelar kehormatan saja tanpa kekuasaan mutlak) atas keluarga kerajaan dan aset-asetnya.

Negara-Negara Kepangeranan dalam Pemerintahan British India

Dalam perjanjian, Inggris menguasai urusan eksternal dari negara-negara kepangeranan. Namun sebagai negara yang tunduk dalam kekuasaan Inggris, mereka tetap diperkenankan mempertahankan kontrol atas urusan internal dan pemerintahan lokal mereka sendiri. Negara-negara kepangeranan ini juga akan jatuh dalam kekuasaan penuh penjajahan Inggris jika tidak memiliki penguasa yang sah sesuai dengan aturan Doctrine of Lapse (semisal pada kasus Kerajaan Awadh yang dianeksasi penuh pada tahun 1854).


Begum (Ratu) Hajjah Sultan Kaikhusrau Jahan dari Kenawaban Bhopal (1858-1930) merupakan salah satu penguasa perempuan negara kepangeranan yang paling terkenal.

Suasana sidang durbar di balairung Istana Kerajaan Mysore sekitar tahun 1930-an.

Pada awal abad ke-20, hubungan antara Inggris dan empat negara kepangeranan terbesar - Hyderabad, Mysore, Jammu dan Kashmir, serta Baroda - berada langsung di bawah kendali Gubernur Jenderal India, yang diwakili oleh seorang Residen. Dua lembaga pemerintahan dibentuk untuk wilayah-wilayah Rajputana dan India Tengah, bertugas mengontrol sekian banyak negara kepangeranan; masing-masing 20 di Rajputana dan 148 di India Tengah. Sisanya, pemerintah British India menunjuk wakil-wakil mereka sendiri sebagai representasi kedudukan mereka di negara-negara kepangeranan.

Chamber of Princes (Narender Mandal atau Narendra Mandal, yang berarti Dewan Raja-Raja) adalah sebuah lembaga yang didirikan pada tahun 1920 oleh Raja George V untuk menyediakan sebuah forum bagi para penguasa negara kepangeranan, di mana para penguasa bisa menyuarakan kebutuhan dan aspirasi mereka kepada pemerintah British India maupun pemerintah pusat Kerajaan Inggris Raya. Dewan Raja-Raja ini bertahan sampai akhir kekuasaan British India pada tahun 1947. 


Pertemuan Chamber of Princes pada tahun 1941.

Sidang Dewan Raja-Raja pertama kali diadakan pada tanggal 8 Februari 1921 dan awalnya terdiri dari 120 anggota. Sebanyak 320-an lebih negara-negara kepangeranan kecil tidak terwakili. Serta, ada pula beberapa penguasa negara kepangeranan yang berkedudukan tinggi, seperti Kerajaan Baroda, Kerajaan Gwalior, dan Kerajaan Holkar (Indore), menolak untuk bergabung. Dewan Raja-Raja biasanya bersidang hanya sekali setahun, dengan dipimpin oleh Gubernur Jenderal British India, dan bertempat di Sansad Bhavan, New Delhi, yang sekarang menjadi gedung perpustakaan Parlemen India.

Dewan Raja-Raja British India diketuai oleh seorang kanselir, masing-masing hingga tahun 1947 adalah:

Nama KanselirKedudukanTahun
Raja Ganga SinghRaja Kerajaan Bikaner1921–1926
Raja Bhupinder SinghRaja Kerajaan Patiala1926–1931
Raja K.S. RanjitsinhjiRaja Kerajaan Nawanagar1931–1933
Raja K.S. DigvijaysinhjiRaja Kerajaan Nawanagar1933–1944
Nawab Hamidullah KhanNawab Kenawaban Bhopal1944–1947

Daftar Negara-Negara Kepangeranan di dalam wilayah British India hingga tahun 1947 (beberapa di antaranya hingga tahun 1948-1975)

1. Wilayah berstatus Residensi Mandiri (Individual Residencies)


Istana Chowmahalla di Hyderabad yang dibangun pada masa Nizam Afzal Ad-Dawlah, Asaf Jah V antara tahun 1857-1869 sebagai istana utama Kenizaman Hyderabad.

Nama Monarki
Sekarang Menjadi Bagian dari
Kenizaman Hyderabad
Telangana, Maharashtra, dan Karnataka, India
Kerajaan Jammu dan Kashmir
Kashmir, India;
Azad Kashmir, Pakistan;
Gilgit–Baltistan, Pakistan;
Dua prefektur di Daerah Otonomi Khusus Xinjiang, Cina
Kerajaan Mysore
Karnataka, India
Kerajaan Sikkim
Sikkim, India
Kerajaan Travancore
Kerala dan 5 taluk (Distrik Kanyakumari) di Tamil Nadu, India

2. Wilayah Deccan States Agency dan Kolhapur Residency


Istana Baru (New Palace of Kolhapur) Kerajaan Kolhapur yang dibangun pada masa Raja Shivaji VI Chhatrapati Narayana Rao di tahun 1877.

Nama Monarki
Sekarang Menjadi Bagian dari
Kerajaan Akalkot  
Maharashtra, India                                          
Kerajaan Aundh
Maharashtra, India
Kerajaan Bhor
Maharashtra, India
Kerajaan Jamkhandi
Karnataka, India
Kenawaban Janjira
Maharashtra, India
Kerajaan Jath
Maharashtra, India
Kerajaan Kolhapur
Maharashtra, India
Kerajaan Kurundvad Senior
Maharashtra, India
Kerajaan Kurundvad Junior
Maharashtra, India
Kerajaan Mudhol
Karnataka, India
Kerajaan Phaltan
Maharashtra, India
Kerajaan Sangli
Maharashtra, India
Kenawaban Savanur
Karnataka, India
Kerajaan Sawantvadi
Maharashtra, India

3. Wilayah Gwalior Residency


Istana Jai Vilas di Gwalior yang dibangun pada masa Raja Jayajirao Scindia pada tahun 1874.

Nama Monarki
Sekarang Menjadi Bagian dari
Kerajaan Gwalior
Madhya Pradesh, India                                     
Kerajaan Garha
Madhya Pradesh, India
Kerajaan Khaniyadhana     
Madhya Pradesh, India
Kerajaan Ramgadi
Uttar Pradesh, India
Kerajaan Rajgarh
Madhya Pradesh, India
Kenawaban Rampur
Uttar Pradesh, India

4. Wilayah Madras Presidency


Istana Bukit (Hill Palace of Cochin) Kerajaan Cochin di Tripunithura dibangun pada tahun 1865 oleh Raja Rama Varma XIV.

Nama Monarki
Sekarang Menjadi Bagian dari
Kenawaban Banganapalle
Andhra Pradesh, India                                   
Kerajaan Cochin
Kerala, India
Kerajaan Pudukkottai
Tamil Nadu, India
Kerajaan Sandur
Karnataka, India

5. Wilayah Rajputana Agency


Istana Umaid Bhavan milik Kerajaan Jodhpur yang dibangun oleh Raja Umaid Singh antara tahun 1928-1943 merupakan istana kerajaan terbesar di seluruh India.

Nama Monarki
Sekarang Menjadi Bagian dari
Kerajaan Alwar
Rajasthan, India
Kerajaan Banswara
Rajasthan, India
Kerajaan Bharatpur
Rajasthan, India
Kerajaan Bikaner
Rajasthan, India
Kerajaan Bundi
Rajasthan, India
Kerajaan Dholpur
Rajastsan, India
Kerajaan Dungarpur             

Rajasthan, India                                           
Kerajaan Jaipur

Rajasthan, India

Kerajaan Jaisalmer

Rajasthan, India

Kerajaan Jhalawar

Rajasthan, India

Kerajaan Jodhpur

Rajasthan, India

Kerajaan Karauli

Rajasthan, India

Kerajaan Kishangarh

Rajasthan, India

Kerajaan Kotah

Rajasthan, India

Kerajaan Kushalgarh

Rajasthan, India

Kerajaan Lawa Sardargarh

Rajasthan, India

Kerajaan Mewar 

Rajasthan, India

Kerajaan Patan - Torawati

Rajasthan, India

Kerajaan Pratabgarh

Rajasthan, India

Kerajaan Shahpura

Rajasthan, India

Kerajaan Sirohi

Rajasthan, India

Kenawaban Tonk

Rajasthan, India

h. Wilayah Baluchistan Agency
6. Wilayah Gujarat States Agency, Baroda Residency, dan Kathiawar Agency


Istana Laxmi Vilas (Lukhsmi Vilas) milik Kerajaan Baroda di Vadodara yang dibangun oleh Raja Sayajirao Gaekwad III pada tahun 1890.


Nama Monarki

Sekarang Menjadi Bagian dari
Kerajaan Bajana
Gujarat, India                                      
Kerajaan Bakrol-Boru           
Gujarat, India
Kerajaan Baroda
Gujarat, India
Kerajaan Bhavnagar
Gujarat, India
Kerajaan Manavadar
Gujarat, India                                      
Kerajaan Bakrol-Boru           
Gujarat, India
Kerajaan Chhota
Gujarat, India
Kerajaan Cutch
Gujarat, India
Kerajaan Dangs
Gujarat, India                                      
Kerajaan Danta
Gujarat, India
Kerajaan Devni Mori
Gujarat, India
Kerajaan Dhrangadhra
Gujarat, India
Kerajaan Dhrol
Gujarat, India                                      
Kerajaan Motasamera
Gujarat, India
Kerajaan Hadol, Satalasana, Mehasana
Gujarat, India
Kerajaan Idar
Gujarat, India
Kerajaan Jamnagar
Gujarat, India                                      
Kerajaan Jawhar           
Gujarat, India
Kerajaan Cambay
Gujarat, India
Kerajaan Lakhtar
Gujarat, India                                      
Kerajaan Limdi
Gujarat, India
Kerajaan Lunavada
Gujarat, India
Kerajaan Maliya
Gujarat, India
Kerajaan Miyagam
Gujarat, India
Kerajaan Morvi
Gujarat, India
Kerajaan Muli
Gujarat, India
Kerajaan Nawanagar
Gujarat, India                                      
Kenawaban Palanpur
Gujarat, India
Kerajaan Pandu Mewas
Gujarat, India
Kerajaan Patan
Gujarat, India
Kerajaan Porbandar
Gujarat, India                                      
Kerajaan Poshina       
Gujarat, India
Kenawaban Junagadh
Gujarat, India
Kenawaban Jafarabad
Gujarat, India
Kerajaan Radhanpur
Gujarat, India
Kerajaan Rajkot
Gujarat, India                                      
Kerajaan Rajpipla
Gujarat, India
Kerajaan Ambliara
Gujarat, India
Kerajaan Maliya (Sabarkantha)
Gujarat, India
Kerajaan Sachin
Gujarat, India
Kerajaan Sanjeli
Gujarat, India
Kerajaan Sankheda Mehvassi
Gujarat, India                                      
Kerajaan Sant  
Gujarat, India
Kerajaan Surgana
Gujarat, India
Kerajaan Tharad
Gujarat, India
Kerajaan Vanod
Gujarat, India                                      
Kerajaan Vijaynagar
Gujarat, India
Kerajaan Vithalgar
Gujarat, India
Kerajaan Wadhwan
Gujarat, India
Kerajaan Wankaner
Gujarat, India                           

7. Wilayah Punjab States Agency, Gilgit Agency, dan Provinsi Sindh



Istana Noor Mahal yang dibangun oleh Nawab Sadiq Muhammad Khan IV pada tahun 1872-1875 di Bahawalpur.

Nama Monarki
Sekarang Menjadi Bagian dari
Kenawaban Bahawalpur
Punjab, Pakistan
Kerajaan Bilaspur
Himachal Pradesh, India
Kerajaan Faridkot
Punjab, India
Kerajaan Jind
Punjab and Haryana, India
Kerajaan Kalsia
Haryana, India
Kerajaan Kangra
Himachal Pradesh, India
Kerajaan Kapurthala
Punjab, India
Kerajaan Loharu
Haryana, India
Kerajaan Malerkotla
Punjab, India
Kerajaan Mandi
Himachal Pradesh, India
Kerajaan Nabha
Punjab, India
Kerajaan Patiala
Punjab, India
Kerajaan Sirmur
Himachal Pradesh, India
Kerajaan Suket (Surendernagar)
Himachal Pradesh, India
Kerajaan Siba
Himachal Pradesh, India
Kerajaan Tehri Garhwal
Uttarakhand, India
Keamiran Khairpur
Sindh, Pakistan
Keamiran Hunza (Kanjut)
Gilgit–Baltistan, Pakistan
Keamiran Nagar
Gilgit–Baltistan, Pakistan

8. Wilayah Baluchistan Agency
.
Benteng Kalat, dibangun pada masa Kekhanan Kalat di Balochistan.


Nama Monarki
Sekarang Menjadi Bagian dari
Kekhanan Kalat
Balochistan, Pakistan                                      
Kenawaban Kharan           
Balochistan, Pakistan
Keamiran Las Bela
Balochistan, Pakistan
Kenawaban Makran
Balochistan, Pakistan

9. Wilayah North-west Frontier States Agency


Istana Marghuzar milik Kerajaan Swat yang dibangun oleh Raja Miangul Abdul Wadud pada tahun 1940.

Nama Monarki
Sekarang Menjadi Bagian dari
Kenawaban Amb                 
Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan                       
Kerajaan Chitral
Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan
Kekhanan Dir
Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan
Kekhanan Phulra
Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan
Kerajaan Swat
Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan

10. Wilayah Central India Agency (Maratha dan Rajput)
.
Istana Rajwada di Indore yang dibangun oleh raja-raja Dinasti Holkar
antara tahun 1766-1833.


Nama Monarki

Sekarang Menjadi Bagian dari
Kenawaban Bhopal
Madya Pradesh, India                                      
Kenawaban Mohammadgarh           
Madya Pradesh, India
Kerajaan Ajaigarh
Madya Pradesh, India
Kerajaan Alipura
Madya Pradesh, India
Kerajaan Alirajpur
Madya Pradesh, India
Kerajaan Banka-Pahari
Madya Pradesh, India
Kerajaan Baraundha
Madya Pradesh, India
Kerajaan Barwani
Madya Pradesh, India
Kerajaan Basoda
Madya Pradesh, India
Kerajaan Bhaisunda
Madya Pradesh, India
Kerajaan Bijawar
Madya Pradesh, India
Kerajaan Bijna
Madya Pradesh, India
Kerajaan Bilheri
Madya Pradesh, India
Kerajaan Charkhari
Madya Pradesh, India
Kerajaan Chhatarpur
Madya Pradesh, India
Kerajaan Chirgaon
Madya Pradesh, India
Kerajaan Dewas
Madya Pradesh, India
Kerajaan Dhar          
Madya Pradesh, India
Kerajaan Durwai
Madya Pradesh, India
Kerajaan Gaurihar
Madya Pradesh, India
Kerajaan Indore (Holkar)
Madya Pradesh, India
Kerajaan Jaora
Madya Pradesh, India
Kerajaan Jaso
Madya Pradesh, India
Kerajaan Jobat
Madya Pradesh, India
Kerajaan Kamta-Rajaula
Madya Pradesh, India
Kerajaan Khaniadhana
Madya Pradesh, India
Kerajaan Khilchipur
Madya Pradesh, India
Kerajaan Kothi
Madya Pradesh, India
Kerajaan Kurwai
Madya Pradesh, India
Kerajaan Maihar
Madya Pradesh, India
Kerajaan Makrai
Madya Pradesh, India
Kerajaan Nagod      
Madya Pradesh, India
Kerajaan Narsighgarh
Madya Pradesh, India
Kerajaan Orchha
Madya Pradesh, India
Kerajaan Pahra
Madya Pradesh, India
Kerajaan Paldeo
Madya Pradesh, India
Kerajaan Panna
Madya Pradesh, India
Kerajaan Pathari
Madya Pradesh, India
Kerajaan Piploda
Madya Pradesh, India
Kerajaan Rajgarh
Madya Pradesh, India
Kerajaan Ratlam
Madya Pradesh, India
Kerajaan Rewa
Madya Pradesh, India
Kerajaan Sailana  
Madya Pradesh, India
Kerajaan Sitamau
Madya Pradesh, India
Kerajaan Sohawal
Madya Pradesh, India
Kerajaan Taraon
Madya Pradesh, India  
Kerajaan Tori Fatehpur
Madya Pradesh, India
Kerajaan Ramnagar (Benares)
Madya Pradesh, India
Kerajaan Rampur
Madya Pradesh, India
Kerajaan Ragogarh
Madya Pradesh, India                           

11. Wilayah Mahi Kantha Agency


Istana Daulat Vilas milik Kerajaan Idar di Hitmanagar.



Nama Monarki
Sekarang Menjadi Bagian dari
Kerajaan Idar
Gujarat, India                                      
Kerajaan Danta            
Gujarat, India
Kerajaan Vijaynagar
Gujarat, India
Kerajaan Malpur
Gujarat, India
Kerajaan Mansa
Gujarat, India
Kerajaan Mohanpur
Gujarat, India
Kerajaan Ambliara
Gujarat, India
Kerajaan Ghodasar
Gujarat, India
Kerajaan Ilol
Gujarat, India
Kerajaan Katosan
Gujarat, India
Kerajaan Pethapur
Gujarat, India
Kerajaan Punadra
Gujarat, India
Kerajaan Ranasan
Gujarat, India
Kerajaan Varsora
Gujarat, India
Kerajaan Dabha
Gujarat, India
Kerajaan Dadhalia
Gujarat, India
Kerajaan Magori
Gujarat, India
Kerajaan Rupal    
Gujarat, India
Kerajaan Khadal
Gujarat, India
Kerajaan Sudasna
Gujarat, India
Kerajaan Vasna
Gujarat, India


12. Wilayah Eastern States Agency


Istana Hazarduari (Bara Kothi) di Murshidabad yang dibangun oleh Nawab Nazim Humayun Jah antara tahun 1829-1837.

Istana Cooch Behar (Victor Jubilee Palace) milik Kerajaan Cooch Behar yang dibangun oleh Raja Nripendra Nayaran pada tahun 1887.

Orissa Agency

  1. Athgarh
  2. Athmallik
  3. Bamra
  4. Baramba
  5. Baudh
  6. Bonai
  7. Daspalla
  8. Dhenkanal
  9. Gangpur
  10. Hindol
  11. Keonjhar
  12. Khandpara
  13. Kharsawan
  14. Narsinghpur
  15. Nayagarh
  16. Nilgiri
  17. Pal Lahara
  18. Rairakhol
  19. Ranpur
  20. Seraikela
  21. Sonepur
  22. Talcher
  23. Tigiria

Chhattisgarh States Agency

  1. Bastar
  2. Changbhakar
  3. Chhuikandan
  4. Jashpur
  5. Kalahandi (Karond)
  6. Kanker
  7. Kawardha
  8. Khairagarh
  9. Koriya
  10. Nandgaon
  11. Patna (Balangir)
  12. Raigarh
  13. Sakti
  14. Sarangarh
  15. Surguja
  16. Dharamjaigarh

Bengal dan Bihar States Agency

  1. Bengal (Murshidabad)
  2. Cooch Behar
  3. Mayurbhanj
  4. Tripura
  5. Saraikela

Integrasi Negara Kepangeranan pada Negara India dan Pakistan tahun 1947-1948


Sardar Vallabhbhai Patel dihormati di India sebagai sosok yang berhasil meyakinkan negara-negara kepangeranan untuk memilih bergabung dengan India.

Pada saat kemerdekaan British India, selain negara  kepangeranan juga ada beberapa kantong-kantong kolonial dikendalikan oleh Perancis dan Portugal. Negara kepangeranan diberi kebebasan untuk  bergabung dengan India atau Pakistan, atau bahkan tetap berdiri sebagai negara independen (merdeka secara mandiri tidak bergabung pada India atau Pakistan). Integrasi wilayah negara kepangeranan ini ke dalam negara India telah didukung oleh Undang-Undang Kemerdekaan India tahun 1947 oleh parlemen Inggris. Melalui taktik diplomasi yang kuat dari Sardar Vallabhbhai Patel (deputi perdana menteri India) dan V.P. Menon awal-awal bulan setelah kemerdekaan India, banyak ratusan penguasa monarki negara-negara kepangeranan menyatakan kerajaannya bergabung dengan India.

Para penguasa negara-negara kepangeranan awalnya tidak serempak untuk antusias mengintegrasikan kerajaan mereka ke dalam negara India atau Pakistan setelah kemerdekaan British India. Beberapa, seperti raja Bikaner dan Jawhar, termotivasi untuk bergabung India atas pertimbangan ideologis dan patriotik, tetapi ada pula raja-raja yang lain bersikeras bahwa mereka memiliki hak untuk bergabung dengan India atau Pakistan, atau bahkan tetap berdiri sebagai negara independen (merdeka secara mandiri, tidak bergabung pada India atau Pakistan).

Bhopal, Travancore, dan Hyderabad mulanya mengumumkan bahwa mereka tidak berniat untuk bergabung dengan India atau Pakistan. Hyderabad bahkan sempat menunjuk perwakilan perdagangan di negara-negara Eropa dan mengusahakan persetujuan dengan Postugal untuk menyewa atau membeli wilayah Goa untuk memberikan akses Kenizaman Hyderabad terhadap pesisir Laut Arab (Hyderabad tidak memiliki wilayah laut); serta Kerajaan Travancore berusaha memanfaatkan strategi diplomasi dengan meminta pengakuan dari negara-negara Eropa. Beberapa kerajaan mengusulkan sebuah konfederasi mandiri, sebagai entitas ketiga selain India dan Pakistan. Bhopal berusaha untuk membangun aliansi antara negara-negara kepangeranan dan Liga Muslim untuk melawan tekanan yang dilakukan Kongres Nasional India pimpinan Nehru atas penguasa Bhopal.


Raja Sawai Man Singh II dari Kerajaan Jaipur saat menyambut kedatangan Deputi Perdana Menteri Sardar Vallabhbhai Patel di Istana Chandra Mahal tahun 1948.
.
Beberapa raja-raja juga tertekan oleh sentimen populer di tengah masyarakat atas minimnya kontribusi mereka atas perjuangan kemerdekaan British India. Raja Travancore, misalnya, segera meninggalkan rencananya untuk memerdekakan kerajaannya setelah terjadi percobaan pembunuhan terhadap Sir C.P. Ramaswami Iyer, seorang diwan kerajaan. Dalam beberapa kerajaan, para menteri-menteri kerajaan memainkan peran penting dalam meyakinkan para raja untuk menyetujui integrasi dengan India atau Pakistan. Faktor kunci yang menyebabkan kebanyakan negara-negara kepangeranan lebih memilih untuk berintegrasi ke negara India adalah upaya besar dari Lord Mountbatten (gubernur jenderal British India yang terakhir), Sardar Vallabhbhai Patel, dan V.P. Menon.

Patel dan Menon, yang ditugaskan untuk bernegosiasi dengan para raja, mengambil pendekatan yang lebih lunak daripada apa yang dilakukan Perdana Menteri Nehru. Pernyataan kebijakan resmi dari pemerintah India yang dibuat oleh Patel pada 5 Juli 1947 sama sekali tidak membuat ancaman untuk para raja. Sebaliknya, kebijakan itu mengutamakan persatuan dan kesatuan India serta kepentingan umum dari para raja dan India merdeka yang bersatu. Patel menegaskan bahwa pemerintah India tidak akan berusaha untuk mendominasi pemerintahan internal negara-negara kepangeranan. Setelah sebagian besar negara kepangeranan menyetujui untuk bergabung dengan India, kebijakan mereka disahkan dalam Instrument of Accession (Perjanjian Integrasi). Perjanjian tersebut termasuk mengatur wilayah perbatasan negara-negara kepangeranan dan kedudukan para raja pada pemerintahan internal India.


 Nawab Sadiq Muhammad Khan Abbasi V bersama Gubernur Jenderal Muhammad Ali Jinnah.

Di Paksitan, Kenawaban Bahawalpur dari dari wialayah Punjab bergabung ke dalam negara Pakistan pada tanggal 5 Oktober 1947. Penguasa Bahawalpur, Nawab Sadiq Muhammad Khan Abbasi V, bahkan terkenal di mata masyarakat saat itu sebagai tokoh yang bersahabat dengan pendiri Pakistan, Gubernur Jenderal Muhammad Ali Jinnah. Negara-negara kepangeranan dari wilayah North-west Frontier States Agency juga menyatakan diri bergabung dalam negara Pakistan.

Pada saat transfer kekuasaan oleh Inggris kepada India dan Pakistan, Kerajaan Jammu dan Kashmir (secara luas disebut "Kashmir") diperintah oleh Raja Hari Singh, seorang Hindu, meskipun kerajaan itu sendiri memiliki penduduk mayoritas Muslim. Raja sempat mengumumkan bahwa Kashmir bermaksud untuk tetap independen di luar India atau Pakistan, menyamakan negaranya seperti Swiss di Eropa, sebuah negara netral yang terletak di antara negara-negara besar. Namun kebijakannya ditentang oleh Sheikh Abdullah, seorang pemimpin populer dari partai politik terbesar Kashmir, Partai Konferensi Nasional.


 Raja Hari Singh (raja Kerajaan Jammu dan Kashmir tahun 1926-1961).

Pakistan, yang mencoba untuk memaksa Kashmir bergabung dalam wilayahnya, memutus pasokan dan jaringan transportasi ke arah Kashmir. Kekacauan di Punjab yang diakibatkan oleh pembagian India-Pakistan yang serampangan, juga telah memutuskan jaringan transportasi dengan antara Kashmir dengan India. Militan Suku Pashtun (Afghan) dari Provinsi North-West Frontier di Pakistan melintasi perbatasan dan memasuki wilayah Kashmir, bermaksud "membebaskan" Kashmir dari pemerintahan monarki Hindu dan menggabungkanya dalam negara Pakistan. Di tengah kekacauan, Raja Hari Singh akhirnya memutuskan untuk meminta pertolongan angkatan bersenjata dari India. Raja Hari Singh kemudian menandatangani perjanjian yang menyatakan bahwa Kerajaan Jammu dan Kashmir berintegrasi dengan Negara India. Namun berkat peperangan yang telah terjadi sebelumnya, wilayah Jammu dan Kashmir terpecah hingga tidak secara utuh wilayahnya masuk ke dalam India.

Lain halnya pada kasus Kenizaman Hyderabad. Hyderabad adalah negara kaya yang terkurung daratan yang membentang di atas 82.000 mil persegi (lebih dari 212.000 kilometer persegi) di tenggara India. Sementara 87% dari 17 juta orang penduduknya beragama Hindu, Hyderabad diperintah oleh Dinasti Asaf Jahi yang beragama Islam. Beberapa partai Muslim yang berkuasa bersikeras agar Hyderabad tetap independen dan merdeka sejajar dengan India dan Pakistan. Atas desakan para bangsawan dan penguasa Muslim, Nizam Osman Ali Khan di  bulan Juni 1947 mengumumkan bahwa Hyderabad memilih untuk independen. Pemerintah India menolak keputusan nizam. India merasa terganggu dengan posisi wilayah Hyderabad sebagai sebuah negara merdeka yang terletak di tengah-tengah negara India. Terlebih lagi, setelah terjadi Pemberontakan Telangana yang didalangi oleh orang-orang komunis di Hyderabad, mengakibatkan kekacauan di Hyderabad dapat menjalar hingga wilayah India.


Nizam Osman Ali Khan, Asaf Jah VII bersama Perdana Menteri Jawaharlal Nehru.

Pada 13 September 1948, Angkatan Darat India dikirim ke Hyderabad bawah Operasi Polo dengan alasan bahwa hukum dan ketertiban situasi di Hyderabad mengancam ketenangan India Selatan. Pasukan India hanya mendapat sedikit perlawanan oleh Razakars (tentara kenizaman) dan antara 13-18 September India berhasil mengambil kontrol penuh seluruh Hyderabad. Akhirnya, Hyderabad menyatakan menyerah dan bergabung dalam wilayah India.

Usai mengamankan aksesi atas negara-negara kepangeranan, pemerintah India kemudian melanjutkan - dalam proses yang bertahap - untuk memperluas kewenangan pemerintah pusat atas negara-negara kepangeranan dan mengubah sistem administrasi mereka sampai hingga tahun 1956. Para raja-raja juga sempat diberi kedudukan sebagai rajpramukh, semacam gubernur, atas wilayah-wilayah baru yang dibentuk di dalam pemerintahan India. Bersamaan dengan itu, pemerintah India, melalui kombinasi cara diplomasi dan militer, memperoleh kontrol de facto dan de jure atas daerah kantong (enklave) kolonial yang tersisa yang sebelumnya dikuasai Perancis dan Portugal, yang juga berhasil diintegrasikan ke dalam negara India.

Penghapusan Privy Purse pada tahun 1971 dan Perkembangan Negara Kepangeranan Sekarang



Video upacara penobatan Nizam Mir Barkat Ali Mukarram Jah, Asaf Jah VIII pada tahun 1967 di Istana Chowmahalla Hyderabad.

Di India, Privy Purse adalah sistem pembayaran tunjangan (remunerasi) yang dibuat pemerintah India untuk keluarga kerajaan yang sudah berkenan untuk mengintegrasikan kerajaannya dengan India pada tahun 1947, dan kemudian menggabungkan pemerintahan mereka pada tahun 1949 dimana para raja kehilangan semua hak politis mereka. Privy Purse tetap berjalan sampai Amandemen 26 Konstitusi India tahun 1971, dimana semua hak dan tunjangan dari pemerintah India atas para raja dihapus.

Gerakan untuk menghapuskan Privy Purse awalnya dibawa ke hadapan Parlemen India pada tahun 1969, dengan hasil 149 suara mendukung penghapusan dan 75 suara menolak penghapusan. Kemudian keputusan penghapusan Privy Purse diusulkan lagi pada tahun 1971, dan berhasil dilegalkan sebagai salah satu poin dalam Amandemen 26 Konstitusi India tahun 1971. Perdana Menteri Indira Gandhi berpendapat bahwa penghapusan Privy Purse berdasarkan persamaan hak bagi semua warga negara dan kebutuhan untuk mengurangi defisit pendapatan pemerintah.


Penobatan Raja Yaduveera Krishnadatta Chamaraja Wadiyar sebagai raja Kerajaan Mysore di Istana Kerajaan Mysore tahun 2012.

Raja Arvind Singh Mewar dari Kerajaan Mewar (Udaipur) saat menghadiri pernikahan Putri Mahkota Madeleine dari Kerajaan Swedia di Stockholm tahun 2013.

Kini, kedudukan para raja bekas negara kepangeranan hanya sebatas sebagai penguasa titular dan kepala keluarga kerajaan. Banyak kerajaan-kerajaan masih bisa menikmati status dan prestisnya di tengah masyarakat, selain karena ikatan tidak langsung yang sudah terjalin selama ratusan tahun, juga karena banyak keluarga kerajaan yang berhasil duduk sebagai politisi dan pengusaha sukses di dalam negeri.

Istana-istana megah kerajaan-kerajaan India juga disulap menjadi tempat wisata menarik yang mendapat kunjungan jutaan wisatawan tiap tahunnya. Selain itu, beberapa istana juga menyerahkan sebagian wilayahnya untuk dikelola sebagai hotel bintang lima, selain juga masih berfungsi sebagai tempat tinggal raja dan keluarga kerajaan. 


Istana Bangalore di Bengaluru, Karnataka, salah satu destinasi wisata terkenal di seluruh India yang dikelola oleh keluarga Kerajaan Mysore.

Sumber Pustaka


  • Bhagavan, Manu. "Princely States and the Hindu Imaginary: Exploring the Cartography of Hindu Nationalism in Colonial India" Journal of Asian Studies,(Aug 2008) 67#3 pp 881–915 in JSTOR
  • Bhagavan, Manu. Sovereign Spheres: Princes, Education and Empire in Colonial India (2003)
  • Copland, Ian (2002), Princes of India in the Endgame of Empire, 1917–1947, (Cambridge Studies in Indian History & Society). Cambridge and London:Cambridge University Press. Pp. 316, ISBN 0-521-89436-0.
  • Ernst, W. and B. Pati, eds. India’s Princely States: People, Princes, and Colonialism (2007)
  • Harrington, Jack (2010), Sir John Malcolm and the Creation of British India, Chs. 4 & 5., New York: Palgrave Macmillan., ISBN 978-0-230-10885-1
  • Jeffrey, Robin. People, Princes and Paramount Power: Society and Politics in the Indian Princely States (1979) 396pp
  • Kooiman, Dick. Communalism and Indian Princely States: Travancore, Baroda & Hyderabad in the 1930s (2002), 249pp
  • Markovits, Claude (2004). "ch 21: "Princely India (1858–1950)". A history of modern India, 1480–1950. Anthem Press. pp. 386–409. ISBN 978-1-84331-152-2.
  • Ramusack, Barbara (2004), The Indian Princes and their StatesThe New Cambridge History of India, Cambridge and London: Cambridge University Press. Pp. 324, ISBN 0-521-03989-4
  • Pochhammer, Wilhelm von India's Road to Nationhood: A Political History of the Subcontinent (1973) ch 57 excerpt
  • Zutshi, Chitralekha. "Re-visioning princely states in South Asian historiography: A review" Indian Economic & Social History Review (2009) 46#3 pp 301–313. doi: 10.1177/001946460904600302





Kategori:




British India, sejarah India, sejarah Pakistan, sejarah Bangladesh, negara kepangeranan, kerajaan di India, kerajaan di Pakistan, kerajaan di Bangladesh, principality, princedom, rajput

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompleks Bangunan Keraton Surakarta

Keraton Surakarta Hadiningrat ( ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀​ꦱꦸꦫꦏꦂꦠ​ꦲꦢꦶꦤꦶꦤꦔꦿꦠ꧀ ; Surakarta Hadiningrat Royal Palace ) merupakan istana resmi Kasunanan Surakarta yang terletak di dalam lingkungan Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah. Istana alias keraton ini didirikan oleh Sunan Pakubuwana II dan diresmikan pada tahun 1745, sebagai pengganti Keraton Kartasura (sekarang terletak di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo) yang hancur akibat Geger Pecinan tahun 1743. . Sejarah . Istana terakhir Kesultanan Mataram ini didirikan di Desa Sala ( Solo ), sebuah desa rawa-rawa dan merupakan pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan Sala ( Bengawan Solo ). Pada mulanya, bangunan Keraton Kartasura yang sudah hancur karena peristiwa Geger Pecinan dianggap "tercemar". Sunan Pakubuwana II lalu memerintahkan Pangeran Wijil beserta Adipati Pringgalaya dan Adipati Sindureja, dengan timnya yang beranggotakan Kyai Yasadipura, Kyai Tohjaya, Kyai Suranata, Kyai Khalifah Buyut, da

Kemegahan Upacara Tedhak Loji di Kasunanan Surakarta tahun 1861-1942

Pada masa dahulu di Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta , upacara tedhak loji merupakan prosesi hadirnya Sri Sunan atau Sri Sultan pada suatu acara resmi yang diadakan di loji rumah dinas residen atau gubernur. Keberangkatan raja dari keraton menuju loji disertai dengan kirab akbar yang terdiri dari parade kereta kebesaran, serta di ikuti oleh barisan para bangsawan dan pejabat tinggi bersama para abdi dalem dan prajurit keraton. Selain sebagai simbol ikatan antara kerajaan-kerajaan Vorstenlanden dengan pemerintah Hindia Belanda, prosesi megah yang selalu menjadi tontonan masyarakat itu juga menjadi ajang unjuk kewibawaan oleh para raja dan bangsawan Jawa terhadap rezim kolonial.   Upacara tedhak loji di kerajaan-kerajaan pecahan Kesultanan Mataram diperkirakan telah berlangsung sejak tahun 1800-an, pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono IV di Surakarta, atau semasa Sultan Hamengkubuwono III dan Sultan Hamengkubuwono IV di Yogyakarta. Upacara tersebut lahir sebagai ko

Sejarah Perang Puputan Badung 1906

Lukisan "Puputan Badung, the Fall of Kingdom 1906" karya Agung Mangu Putra (cat minyak di atas kanvas, 2015). Sejarah awal puputan Bali yang terjadi di Kerajaan Badung atau dikenal sebagai Perang Puputan Badung , yang terjadi pada 20 September 1906, dapat ditarik jauh pada masa tahun-tahun awal sebelum terjadinya perang. Semua berawal ketika seorang jenderal yang telah berhasil menghancurkan Kesultanan Aceh, diangkat menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda . Tahun 1904, Yohannes Benedictus van Heutsz, seorang jenderal sekaligus mantan gubernur militer Aceh, diangkat menjadi gubernur jenderal menggantikan Willem Rooseboom untuk masa jabatan lima tahun. Van Heutsz terkenal sebagai perwira tinggi yang mempunyai cita-cita agar “ Pax Neerlandica ” (menguasai seluruh Nusantara dan menjalankan suatu pemerintahan yang seragam dan satu kesatuan atas nama pemerintah Hindia Belanda di Batavia) berlaku mutlak di seluruh wilayah Nusantara yang menjadi jajahan Belanda. Pandangan d