Langsung ke konten utama

Sejarah Dinasti Joseon


Dinasti Joseon, bagi penggemar drama Korea, pasti nama ini sudah tidak asing lagi. Dalam berbagai serial drama bahkan film layar lebar dengan latar belakang era klasik produksi Korea Selatan, Dinasti Joseon hampir selalu menjadi sumber inspirasi pokok cerita, baik semi-fiksi atau kisah sejarah yang nyata..

Dinasti Joseon, bisa dianggap merupakan dinasti konfusius tertua yang berhasil bertahan sampai saat ini. Pendiri Dinasti Joseon adalah Yi Seong Gye yang diangkat dengan bergelar Raja Taejo. Ia adalah seorang anggota klan Yi (Lee) dari Jeonju yang melakukan kudeta terhadap Raja Woo dari Goryeo. Yi Seong Gye terkenal sebagai ahli militer cerdik dalam memimpin perang terhadap bajak laut Jepang yang mengganggu perairan Korea. Ia memindahkan ibukota dari Gaegyeong (kini Gaeseong) ke Hanseong (kini Seoul) dan mendirikan Istana Gyeongbok tahun 1394. 
.
Istana Gyeongbok, istana utama Kerajaan Joseon.
.
Suksesi secara patrilineal dari Raja Taejo tidak pernah terputus sampai zaman modern. Penguasa terakhir, Sunjong, atau Kaisar Yungheui yang diturunkan secara paksa oleh militer Jepang sebagai kepala negara pada tahun 1910. Sejak saat itu, para keluarga bangsawan Joseon tersebar ke beberapa negara, terutama Brazil dan Jepang. Keluarga Dinasti Joseon, memerintah dalam dua periode negara modern Korea, sejak didirikan sebagai Kerajaan Joseon sampai berubah nama menjadi Kekaisaran Han Raya (Kekaisaran Korea).
.
Foto masa-masa terakhir keluarga Dinasti Joseon. Saat foto tersebut diambil Kerajaan Joseon telah berganti nama menjadi Kekaisaran Han Raya (Kekaisaran Korea).
.
Setelah diporakporandakan oleh penjajah Jepang, dinasti ini memang dapat dikatakan hampir hancur. Kini, beberapa anggota keluarga yang masih tersisa berusaha merekonstruksi kembali dan menyambung tali sejarah keluarga Joseon agar tidak terputus seiring berjalannya waktu. Walaupun, beberapa intrik perpecahan sempat muncul di kalangan anggota keluarga. 
..
..
Selama 518 tahun (1392-1910), Dinasti Joseon adalah salah satu diantara monarki dengan masa terpanjang di dunia. Pendirinya, Yi Seonggye, mengambil gelar sebagai Raja Taejo ("nenek moyang Besar"), memindahkan ibukota ke Hanyang (Seoul). Ini mengakhiri kekuasaan Dinasti Goryeo (keluarga Wang) dan digantikan dengan klan Chonju dari keluarga Yi. Mengacu pada nama keluarga, Dinasti Joseon sering keliru disebut sebagai Dinasti Yi (karena semua raja Joseon bermarga Yi / Lee).
..
Yi Seonggye, bergelar Raja Taejo, pendiri dan raja pertama Kerajaan Joseon.
..
Selain Buddhisme, Konfusianisme muncul sebagai kekuatan politik dan sosial yang dominan. Hirarki sosial yang ketat dari Konfusianisme menempatkan raja dan keluarganya berada di puncak strata sosial, di bawah itu adalah kelas aristokrat (yangban) yang telah berkembang sejak Dinasti Goryeo. Di bawah lagi ada kelas rakyat biasa (sangmin) seperti petani, pedagang, pekerja, dan nelayan. Di bagian bawah lagi ada kasta orang buangan, termasuk budak yang dipekerjakan dalam pekerjaan yang tidak diinginkan. Kelas sosial menjadi turun-temurun karena pembauran dan pembebasan status hampir mustahil dilakukan. 
.
Peta wilayah kekuasaan Dinasti Joseon (hingga tahun 1910).
.
Untuk memastikan ruang yang cukup besar bagi orang-orang muda berpendidikan untuk menjadi pejabat pemerintahan, sekolah negeri dan swasta didirikan, dan layanan sipil, militer, dan ujian lainnya yang dilembagakan dibentuk. Dalam tradisi Konfusian, pendidikan merupakan faktor penting, karena melalui itu kita bisa mencapai posisi dan pangkat, lalu akhirnya pengaruh, kekuasaan, dan kekayaan. Sistem yang ketat tersebut tampaknya bekerja dengan baik dalam dua abad pertama dinasti, dan integritas pejabat publik tetap tinggi. Tergerak oleh idealisme, nasionalisme kuat, dan kesejahteraan negara semakin meningkat. Penekanan beasiswa dari negara ditempatkan pada bidang ilmu sosial-kebudayaan, seperti sejarah nasional, risalah ilmiah, teknologi, kedokteran, peningkatan penggunaan pencetakan untuk menyebarkan informasi, dan seni kaligrafi, lukisan, serta porselen. Salah satu prestasi yang paling membanggakan Korea, abjad hangul, diresmikan pada tahun 1446 oleh Raja Sejong.
. 
Raja Sejong, pencipta aksara hangeul dan raja terbesar Kerajaan Joseon.
.
Gambaran Gerobukseon, yang dipercaya sebagai kapal perang terkuat pertama di dunia.
.
Dalam masa Invasi Jepang ke Korea (1592-1598), penglima perang Jepang Toyotomi Hideyoshi yang berambisi menguasai Cina, menginvasi Joseon dari tahun 1592-1597. Dengan persenjataan modern dari Portugis, dalam hitungan bulan mereka menduduki semenanjung, Hanseong dan Pyeongyang pun berhasil diduduki. Akibat perpecahan dalam kabinet kerajaan, kurangnya informasi mengenai kemampuan militer musuh dan gagalnya usaha diplomasi menyebabkan buruknya persiapan Joseon. Berdasarkan Babad Dinasti Joseon, serbuan tentara Jepang dibantu oleh budak-budak yang berontak. Mereka membakar dan meruntuhkan Istana Gyeongbok dan perpustakaan catatan budak.
.
Para aristokrat atau pejabat pemerintahan (yangban) pada era Joseon.
.
Perlawanan sengit dari rakyat melemahkan kekuatan musuh dengan kemenangan-kemenangan besar perang naval dalam pimpinan Admiral Yi Sunshin. Admiral Yi mengambil alih kendali di perairan dengan menghabisi kapal-kapal suplai Jepang. Adanya bantuan Ming yang mengirimkan bantuan pasukan dalam jumlah besar tahun 1593 berhasil memukul mundur pasukan Hideyoshi. Joseon mengembangkan armada perang dengan perlengkapan canggih dan kemampuan tinggi seperti armada Geobukseon (Kapal Kura-kura) yang berlapis besi. Namun, kemenangan Joseon dibayar dengan harga yang sangat mahal. Lahan pertanian, saluran irigasi, fasilitas desa dan perkotaan rusak berat. Ratusan ribu penduduk tewas, jutaan lain menderita kerugian materi. Puluhan ribu seniman, pengrajin dan pekerja terbunuh dan diculik ke Jepang guna mengembangkan teknik kerajinan mereka. Para samurai itu juga merampok banyak harta sejarah bernilai Korea, banyak diantaranya disimpan di museum-museum.
 .
Gisaeng, para wanita penghibur istana.
  .
Menyusul berakhirnya invasi Jepang, Joseon mulai mengisolasi diri. Penguasanya membatasi hubungan dengan negara lain. Sementara itu Dinasti Ming mulai melemah, sebagian karena terkurasnya biaya akibat membantu Joseon dalam invasi Jepang dan semakin menguatnya pengaruh Suku Manchu atas Cina (Suku Manchu berhasil membangun Dinasti Qing). Joseon memperketat penjagaan dan kontrol terhadap lalu-lintas perbatasan, serta menunggu berita dari pergolakan di Cina. Joseon menderita 2 kali invasi dari suku Manchu, tahun 1627 dan 1637. Kerajaan  Joseon menyerah dan menjadi negeri protektorat Kekaisaran Qing yang berkewajiban membayar upeti. Pada saat ini Joseon terlibat hubungan dagang dua arah dengan Qing.
.
Suasana kota Seoul pada tahun 1890-an.
.
Adanya Perang Cina-Jepang telah berhasil membuat Dinasti Joseon keluar dari campur tangan asing (Dinasti Qing). Dengan melemahnya Dinasti Qing, Jepang akhirnya menegosiasikan Perjanjian Shimonoseki dengan utusan dari Kekaisaran Qing, dimana Jepang merebut kendali atas Semenanjung Liaodong dari Qing (sebuah langkah yang dirancang untuk mencegah perluasan ke selatan oleh saingan baru Jepang, Kekaisaran Rusia), dan, yang lebih penting lagi yaitu ambisi Jepang menancapkan pengaruh atas Korea.
.
Prosesi iring-iringan pemakaman Ratu Min pada tahun 1895 di Seoul.
.
Pada abad ke 19, setelah pembunuhan Ratu Min oleh Jepang, Raja Gojong dan Putra Mahkota (kemudian menjadi Kaisar Yunghui) mengungsi ke kedutaan besar Rusia pada tahun 1896. 
 .
Pada tahun 1897, Raja Gojong, akibat dari meningkatnya tekanan dari dalam dan luar negeri mengenai tuntutan Kemerdekaan Korea yang dipimpin opini publik, ia kembali ke Istana Gyeongun (sekarang Istana Deoksu). Di sana, ia memproklamasikan berdirinya Kekaisaran Korea (Kekaisaran Han Raya), dan menyatakan era baru dengan nama "Gwangmu".
 .

Raja Gojong (Kaisar Gwangmu), raja terakhir Kerajaan Joseon sekaligus pendiri Kekaisaran Han Raya (Kekaisaran Korea).
 .
Raja Gojong merubah gelarnya menjadi Kaisar Gwangmu, kepala negara Joseon pertama yang berdaulat penuh dan turun-temurun dari Kekaisaran Korea. Ini menandai akhir lengkap tatanan dunia lama dan sistem ketergantungan tradisional Joseon terhadap Qing. Bertahun-tahun sebelumnya, Joseon selalu bergantung pada Qing dan dikenakan kewajiban mengirim upeti kepada Kaisar Qing. Status baru Korea sebagai sebuah kekaisaran berarti "benar-benar merdeka dan mandiri dari pengaruh Qing".
..
Nama "Kekaisaran Han Raya (Kekaisaran Daehan)" dipilih untuk menunjukkan kebangkitan Konfederasi Samhan dari Proto-Tiga Kerajaan Korea. Arti penting dari deklarasi kekaisaran yaitu untuk menyatakan kemerdekaan Korea dan kesetaraan negara baru Korea dengan Cina dan Jepang.
 .
Sebuah foto pernikahan Yi Woo, putra Kaisar Yunghui, kaisar terakhirdari Kekaisaran Han Raya, dengan istrinya Park Chanjoo, putri seorang politisi berpengaruh, Park Younghye.
.
Dengan berakhirnya Perang Rusia-Jepang 1904-1905 dalam kesepakatan dalam Perjanjian Portsmouth, jalan Jepang ke Korea semakin terbuka. Setelah menandatangani Perjanjian Portektorat tahun 1905, Korea menjadi protektorat Jepang dengan gubernur jenderal pertama adalah Ito Hirobumi. Hirobumi tewas tahun 1909 di Harbin setelah dibunuh nasionalis Korea, Ahn Junggeun. Peristiwa ini menyebabkan Jepang menjajah Korea tahun 1910.
.
Potret keluarga bangsawan Korea di era akhir masa pemerintahan Joseon.
.
Setelah melakukan invasi dan aneksasi secara de facto tahun 1910, para Pangeran dan Putri Kekaisaran Joseon dipaksa meninggalkan Korea ke Jepang guna menikah atau belajar. Pewaris Tahta Kekaisaran, Putra Mahkota Uimin, menikah dengan Putri Yi Bang-ja (d/h Nashimoto), dan memiliki 2 putra, Pangeran Yi Jin dan Yi Gu. Kakak Uimin, Pangeran Ui memiliki 12 orang putra dan 9 putri dari berbagai istri dan selir. Putra Mahkota Uimin kehilangan statusnya di Jepang saat berakhirnya Perang Dunia II dan kembali ke Korea tahun 1963 setelah diundang Pemerintah Korea Selatan. Ia menderita struk saat pesawatnya mendarat di Seoul dan dibawa ke rumah sakit. Ia tidak pernah sembuh dan meninggal tahun 1970. Kakaknya, Pangeran Ui meninggal tahun 1955.
..
Iring-iringan upacara pemakaman Kaisar Yunghui (Sunjong) pada tahun 1926.
.
Memang tidak dapat dipungkiri, kehancuran dinasti ini benar-benar disebabkan oleh kebiadaban Jepang kala itu. Jepang tak hanya menjajah Korea secara politik, tetapi juga menginvasi Korea secara bahasa dan budaya. Rakyat dilarang menggunakan bahasa mereka sendiri, harus mengikuti kebiasaan orang-orang Jepang, bahkan memeluk shinto sekalipun. Para bangsawan diasingkan, dipecah-belah, menyebabkan diaspora besar-besaran para anggota keluarga Joseon ke luar negeri, terutama Jepang. Tak heran, jika sampai jaman moderen seperti ini, masih banyak rakyat Korea yang amat sangat membenci Jepang. Kini, Joseon sebagai peletak dasar-dasar kebudayaan Korea moderen, hanya terlihat begitu indah hidup dalam berbagai cerita drama kolosal dan berbagai peninggalan-peninggalan masa lalunya.
.
Saat ini (2013) terdapat seseorang yang oleh asosiasi keluarga kerajaan didaulat sebagai pewaris tertinggi tahta mahkota Dinasti Joseon. Ia adalah:

Pangeran Imperial Yi Won (이원)


Won, Pangeran Pewaris Imperial Korea (lahir tahun 1962), merupakan keturunan Dinasti Joseon (a.k.a. Wangsa Yi) merupakan Kepala kontestan Keluarga Imperial Korea dan juga bekerja sebagai seorang jenderal manajer Hyundai Home Shopping, sebuah kantor cabang Hyundai chaebol. Ia dilahirkan sebagai putra tertua Pangeran Gap dari Korea, putra ke-9 Pangeran Gang dengan istrinya Hyehwa-dong, Jongno-gu, Seoul dan menjadi anak adopsi Pangeran Gu dari Korea, kepala ke-29 istana Imperial, meskipun kesahan adopsi diperdebatkan.

Mereka yang menyangkal legitimasi adopsi mencatat bahwa persetujuan untuk mengadopsi oleh Pangeran Won tidak diterima anggota lain dari istana Imperial, termasuk Pangeran Seok, adik tiri Pangeran Gap, dan Puteri Hae-won, anggota tertua yang masih hidup di dalam istana. Juga, menurut hukum Korea yang sekarang, adopsi tradisional setelah kematian dari orangtua angkat untuk meneruskan garis keturunan tidak sah oleh legislasi pada tahun 2004.

Masalah lain meningkat atas bila Pangeran Won atau ayahnya Pangeran Gap merupakan anggota senior di dalam istana tersebut. Sewaktu garis keturunan Pangeran Gang merupakan garis keturunan senior diikuti dengan kematian Pangeran Gu, ada terdapat keturunan dari putra-putra Pangeran Gang yang lebih tua. Kecuali keturunan Pangeran Geon, putra tertua yang telah dinaturalisasi sebagai bangsa Jepang setelah Perang Dunia II, beberapa anggota Istana mendesak bahwa Kepemimpinan Istana harus diturunkan kepada keturunan Pangeran Wu, putra kedua Pangeran Gang. Dalam hal ini, orang yang berhak sebagai Kepala wangsa tersebut adalah Yi Chung, putra tertua Pangeran Wu.

Pada tanggal 16 Juli 2005, diikuti oleh kematian Pangeran Gu, beberapa anggota Dewan Keluarga Yi (Lee) memilihnya sebagai Kepala Imperial Istana Korea yang berikutnya dan mereka juga memberinya gelar Pangeran Pewaris Imperial (Hwangsason) dengan arti mewarisi gelar Pangeran Gu. Tuntutannya diperdebatkan oleh Yi Haewon yang dimahkotai sebagai Ratu Korea Selatan oleh 12 keturunan yang merasa bahwa ialah yang pantas menjadi Ratu, dan bukan Pangeran Won. Ia sekarang tinggal di Wondang, Goyang, Provinsi Gyeonggi, Korea dengan keluarganya.


* * *
.
.
https://www.youtube.com/watch?v=iCGgUqPKu0k
Potret keluarga Dinasti Joseon semasa Kekaisaran Han Raya [Dari kiri : Putra Mahkota Yeongchin, Kaisar Yunghui (Sunjong), Raja Gojong, Maharani Sunjeong, dan Putri Deokhye].
 
Seperti yang diketahui, pada abad ke-19, Korea tetap menjadi "Kerajaan Pertapa", gigih menentang tuntutan Barat untuk membuka hubungan diplomatik dan perdagangan. Seiring waktu, beberapa negara Asia dan Eropa dengan ambisi imperialistiknya bersaing satu sama lain untuk berebut pengaruh atas Semenanjung Korea. Jepang, setelah memenangkan perang melawan Qing (Cina) dan Rusia, secara paksa menganeksasi Kekaisaran Korea dan melembagakan pemerintahan kolonial secara permanen pada tahun 1910, yang secara praktis mengakhiri kekuasaan Dinasti Joseon atas Semenanjung Korea.
.
Suasana Namdaemun di awal abad ke-20.
.
Proses kolonisasi Jepang membangkitkan rasa patriotisme orang Korea. Kaum cendekiawan dan intelektual Korea merasa marah dengan kebijakan asimilasi budaya Jepang, yang bahkan melarang pendidikan Bahasa Korea di sekolah-sekolah - menggantinya dengan pelarajan Bahasa Jepang. Pada tanggal 1 Maret 1919, demonstrasi damai menuntut kemerdekaan menyebar secara nasional. Pihak berwenang Jepang dengan kejam menekan para demonstran dan pendukung mereka, mereka membantai ribuan orang yang terlibat dalam aksi-aksi tersebut.
.
Kim Gu, Presiden Pemerintahan Sementara Korea di Shanghai (kiri). Pejabat tinggi dari Pemerintah Sementara Korea di Shanghai berpose untuk foto peringatan kebangkitan nasionalisme Korea di tahun 1945 (kanan).
.
Meskipun gagal, Gerakan Kemerdekaan 1 Maret menciptakan ikatan yang kuat sebagai identitas nasional dan patriotisme di kalangan warga Korea. Gerakan ini menyebabkan pembentukan Pemerintahan Sementara Korea di Shanghai, Cina, serta perjuangan bersenjata terorganisir melawan penjajah Jepang di Manchuria. Gerakan Kemerdekaan diperingati di Korea setiap 1 Maret.

Istana Deoksu, dengan Balai Seokjojeon, di Seoul.
.
Seolleung, makam Raja Seongjong di Seoul.
.

Dokumenter Arirang TV tentang Kekaisaran Korea



Postingan populer dari blog ini

Kompleks Bangunan Keraton Surakarta

Keraton Surakarta Hadiningrat ( ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀​ꦱꦸꦫꦏꦂꦠ​ꦲꦢꦶꦤꦶꦤꦔꦿꦠ꧀ ; Surakarta Hadiningrat Royal Palace ) merupakan istana resmi Kasunanan Surakarta yang terletak di dalam lingkungan Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah. Istana alias keraton ini didirikan oleh Sunan Pakubuwana II dan diresmikan pada tahun 1745, sebagai pengganti Keraton Kartasura (sekarang terletak di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo) yang hancur akibat Geger Pecinan tahun 1743. . Sejarah . Istana terakhir Kesultanan Mataram ini didirikan di Desa Sala ( Solo ), sebuah desa rawa-rawa dan merupakan pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan Sala ( Bengawan Solo ). Pada mulanya, bangunan Keraton Kartasura yang sudah hancur karena peristiwa Geger Pecinan dianggap "tercemar". Sunan Pakubuwana II lalu memerintahkan Pangeran Wijil beserta Adipati Pringgalaya dan Adipati Sindureja, dengan timnya yang beranggotakan Kyai Yasadipura, Kyai Tohjaya, Kyai Suranata, Kyai Khalifah Buyut, da

Sejarah Perang Puputan Badung 1906

Lukisan "Puputan Badung, the Fall of Kingdom 1906" karya Agung Mangu Putra (cat minyak di atas kanvas, 2015). Sejarah awal puputan Bali yang terjadi di Kerajaan Badung atau dikenal sebagai Perang Puputan Badung , yang terjadi pada 20 September 1906, dapat ditarik jauh pada masa tahun-tahun awal sebelum terjadinya perang. Semua berawal ketika seorang jenderal yang telah berhasil menghancurkan Kesultanan Aceh, diangkat menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda . Tahun 1904, Yohannes Benedictus van Heutsz, seorang jenderal sekaligus mantan gubernur militer Aceh, diangkat menjadi gubernur jenderal menggantikan Willem Rooseboom untuk masa jabatan lima tahun. Van Heutsz terkenal sebagai perwira tinggi yang mempunyai cita-cita agar “ Pax Neerlandica ” (menguasai seluruh Nusantara dan menjalankan suatu pemerintahan yang seragam dan satu kesatuan atas nama pemerintah Hindia Belanda di Batavia) berlaku mutlak di seluruh wilayah Nusantara yang menjadi jajahan Belanda. Pandangan d

Kemegahan Upacara Tedhak Loji di Kasunanan Surakarta tahun 1861-1942

Pada masa dahulu di Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta , upacara tedhak loji merupakan prosesi hadirnya Sri Sunan atau Sri Sultan pada suatu acara resmi yang diadakan di loji rumah dinas residen atau gubernur. Keberangkatan raja dari keraton menuju loji disertai dengan kirab akbar yang terdiri dari parade kereta kebesaran, serta di ikuti oleh barisan para bangsawan dan pejabat tinggi bersama para abdi dalem dan prajurit keraton. Selain sebagai simbol ikatan antara kerajaan-kerajaan Vorstenlanden dengan pemerintah Hindia Belanda, prosesi megah yang selalu menjadi tontonan masyarakat itu juga menjadi ajang unjuk kewibawaan oleh para raja dan bangsawan Jawa terhadap rezim kolonial.   Upacara tedhak loji di kerajaan-kerajaan pecahan Kesultanan Mataram diperkirakan telah berlangsung sejak tahun 1800-an, pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono IV di Surakarta, atau semasa Sultan Hamengkubuwono III dan Sultan Hamengkubuwono IV di Yogyakarta. Upacara tersebut lahir sebagai ko